Beberapa hari yang lalu saya
mendapat sebuah pesan singkat dari teman lama saya. Kami pernah sama-sama satu kelas waktu duduk dibangku SMP. Sekarang dia melanjutkan pendidikannya di
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Disana dia mengambil Jurusan Sastra
Inggris. Banyak hal kami bicarakan, sekedar melepas rindu karena sudah lama nggak ketemu. Mulai dari kuliahnya, IP-nya selama kuliah, dan termasuk membicarakan status barunya, yaitu anak kost. Jarak dari Jakarta (sebenarnya Bekasi, hehe) - Purwokerto yang lumayan membuat dia memutuskan untuk ngekost.
Sebenarnya saya sendiri sempat
terkejut karena yang saya tahu dulu dia adalah seorang yang "manja".
Nggak jarang dulu dia adalah orang yang paling sering melibatkan orang tua
dalam segala urusan, sampai hal yang terkecilpun, orang tuanya selalu nongol di
sekolah. Seperti membayarkan uang SPP dan mengambil rapot. Dan sekarang dengan bangga dia udah berani berkata bahwa ia sudah mandiri. Tapi mandiri yang seperti apa yang dia maksud? Saya tertarik untuk menanyakannya lebih dalam.
Dalam obrolan kami, ada hal aneh yang bikin saya nggak yakin dengan kata MANDIRI tadi yang sempat dengan banggakan. Saya merasa aneh setelah secara spontan saya menanyakan ;
"Wah, berarti loe pulang ke
Bekasi setiap berapa bulan sekali, Boy. Jauh loh Purwokerto." Saya bilang
gitu ke dia. Beneran nggak ada maksud apa-apa. Bagi saya itu pertanyaan lumrah
buat seorang temen yang melanjutkan pendidikan ke luar kota.
"Gue jarang pulang boy,
bahkan bisa dibilang hampir nggak pernah. Biasanya nyokap gue yang kesini.
Biasa ngasih uang dll. Gue males ke Bekasi, mending nyokap aja yang kesini."
Dia dengan bangga, walau saya nggak tau gimana mimik muka dia dibalik handphone.
"Termasuk soal bayaran
SPP?" Saya mencoba memancing.
"Iya, nyokap yang kesini
buat bayaran. Kadang juga ngurus kompensasi keterlambatan gue dan kost-kostan
tempat gue tinggal." Dia bilang begitu.
Sebuah tanda tanya besar buat saya
karena awalnya dia bilang dia mandiri tapi di pernyataan selanjutnya dia tidak
menunjukkan kemandiriannya. Bahkan lebih sering nyokapnya yang mengunjunginya
ke Purwokerto, mengatasi semua permasalahannya di sana.
Nah, ini yang salah dari
perspektif kebanyakan orang pada umumnya. Sudah banyak yang menyalahartikan
kata Mandiri tadi sebagai suatu kebanggaan,"GUE UDAH MANDIRI NIH..."
Padahal disisi lainnya kata itu nggak bermakna sedikitpun bagi yang
mengatakannya tadi.
Menurut artikata.com, MANDIRI
adalah tidak bergantung pada orang lain. Kalau bahasa enaknya sih ya
ngapa-ngapain sendiri deh, mandi, makan, dan mungkin termasuk soal bayar SPP,
ngurus kompensasi dan kost-kostan tadi. Hehehehehe.
Kan sangat terdengar aneh kalau kita berani
berkata,"GUE UDAH MANDIRI.." tapi untuk urusan yang sifatnya pribadi
masih mengandalkan orang lain untuk menyelesaikannya, terlebih orang tua. Orang
tua harus jauh-jauh ke Purwokerto cuma buat ngasih uang. Emang tinggal dijaman
batu? Apa nggak bisa ditransfer? Nyokap harus ke kampus cuma buat ngurus
kompensasi dan ngurus kost-kostan. Duh, nggak bisa ngomong sama orang lain ya
sampai harus orang tua yang ngomong? Ya sekarang gini aja, ya okelah itu mungkin
urusan dia mau diurus nyokap, bokap, ncang, ncingnya atau pak RT/RW nggak
apa-apa deh. Yang jadi masalah adalah ya kalau nyokap, bokap, ncang,
ncingnya atau pak RT/RW tadi masih muda dan seger buger, lah kalau udah (maaf)
tinggal nunggu waktu, gimana? Ketiup angin aja udah roboh, kan berabe. Heheheh.
Dan satu lagi, banyak orang juga
yang berpikiran bahwa MANDIRI adalah orang/anak yang TINGGAL JAUH DARI RUMAH.
Oh my God, sejak kapan seseorang dapet gelar S.Md ( Sarjana Mandiri ) hanya
karena tinggal jauh dari rumah? Nggak gitu juga kali. Terus apa peduli
orang-orang loe tinggal jauh apa deket dari rumah? Nggak men, saya berani jamin itu.
Menurut saya, indikator
utama seseorang dapat dikatakan mandiri adalah ketika dia tidak mengandalkan
orang lain dalam "menyelesaikan" masalahnya. Ya walaupun dia masih
tinggal sama nyokapnya, dia masih berhak dapet gelar S.Md tadi kok, selama dia
nggak bikin ribet lain, terlebih orang tuanya. Coba nyari uang sendiri, ngurus
urusan kampus sendiri, nyari gawean sendiri, semuanya sendiri hanya mungkin
rumah tadi masih "numpang" dirumah orang tua, nggak apa-apa kok.
Daripada udah tinggal jauh di luar Kota,
tapi tetep aja bikin ribet orang banyak, apalagi orang tua. Mending kalau orang tuanya masih seger buger,
kalau udah....................(terpaksa saya sensor deh, kalian lanjutin sendiri
aja). Apa-apa harus orang tua juga yang urus, kan sama aja tuh orang kolotan alias nggak
MANDIRI.
Salam semangat
Regards,
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar. ^,^
Terima Kasih Atas Kunjungannya di Blog Ini, Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya